Rokok Jadi Kendala Bandung Kota Sehat

Ketergantungan masyarakat terhadap rokok menjadi kendala utama bagi Kota Bandung menjadi kota sehat. Tingkat keberhasilan kawasan bebas rokok \-ang beberapa tahun silam dicanangkan di Kota Bandung pun sangat rendah.Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara, ketika ditemui di sela-sela sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Lingkungan Sehat bagi Masyarakat Perguruan Tinggi Se-Kota Bandung di Aula Dinkes Kota Bandung, Jln. Supratman, Rabu (25/7).Ahyani mengatakan, untuk mencapai predikat kota sehat, suatu kota minimal harus memiliki dua dari tujuh tatanan Nang disyaratkan, antara lain tentang kehidupan masyarakat sehat dan mandiri, kegiatan pariwisata yang sehat, tertib lalu lintas, ketahanan pangan, serta permukiman dan sarana prasarana umum. “Yang \vajib adalah indikator masyarakat sehat dan mandiri, sedangkan satu indikator lain bisa memilih dari enam yang lain,” kata Ahyani.

Kota Bandung belum memenuhi satu syarat pun. Bahkan untuk indikator masyarakat sehat dan mandiri pun nilainya masih sekitar 65 persen. “Sebanyak 35 persen sisanya sulit dikejar karena persoalan rokok,” ujarnya.Mengenai tingkat keberhasilan kawasan bebas rokok, bisa dilihat dari banyaknya perokok yang tetap merokok di tempat-tempat yang sebenarnya terlarang untuk perokok, misalnya di bus. angkutan kota, dan ruang publik lainnya.”Implementasinya sangat rendah meskipun banyak juga titik yang berhasil dan kita harus apresiasi itu,” ucapnya.

Klinik berhenti merokok

Untuk mengakomodasi perokok yang ingin menghentikan kebiasaannya, Dinkes akan mendirikan klinik berhenti merokok di setiap puskesmas yang ada di Kota Bandung. Saat ini, keberadaan klinik tersebut baru ada di Puskesmas Kopo. “Banyak juga perokok yang mau berhenti merokok, tetapi bingung mau memulainya dari mana, sehingga kami fasilitasi itu karena akan berpengaruh juga terhadap kesehatannya dan lingkungan,” tutur Ahyani.Tahun ini. beberapa puskesmas yang akan menjalankan klinik berhenti merokok yaitu Puskesmas Ciumbuleuit, Garuda, dan Pasundan.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bandung Edi Siswadi menuturkan, perguruan tinggi juga harus berperan aktif dalam melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Selama ini di lingkungan pendidikan mata rantai PHBS putus di tingkat perguruan tinggi.”Kalau dari SD sampai SMA ton ada UKS yang terus berperan aktif, di tingkat kuliah tidak ada,” ucap Edi.Oleh karena itu, diharapkan seluruh perguruan tinggi di Kota Bandung bisa ikut serta dalam komitmen menerapkan PHBS. Tindak lanjutnya, kata Edi, perguruan tinggi bisa membentuk kelompok kerja atau satuan tugas (satgas) yang berperan untuk mensosialisasikan dan menjaga PHBS di lingkungan perguruan tinggi itu sendiri. (A-175)***
By. A-175

Print Friendly, PDF & Email
line