Rokok Bukan Budaya Asli Indonesia

Pos Kota, 5 Maret 2014

Siapa bilang merokok adalah budaya asli Nusantara? Menurut Ketua Pusat Pengendalian dan Pengawasan Tembakau (TC-SC), Kartono Muhammad, merokok merupakan pengaruh budaya luar.“Kalau dilihat dari se-jarahnya jaman dahulu, merokok adalah budaya asli suku Indian, yakni kelompok pen-dududk pribumi benua Amerika,” papar Kartono, kemarin.Budaya tersebut kemudian dikenalkan ke bangsa Eropa sekitar 3000 tahun lalu tepat-nya saat Columbus tiba di benua Amerika. Dari sinilah, budaya merokok kemudian menyebar ke seluruh antero dunia termasuk Indonesia.Kartono mengatakan adalah salah jika ada perusahaan rokok yang menjual budaya rokok sebagai budaya nenek moyang Indonesia. Itu adalah fakta yang salah yang sengaja disebarkan oleh industri rokok agar masyarakat Indonesia lebih menghargai rokok, lalu mempertahankannya.

 

“Kebiasaan itu berbeda. Sayangnya kebiasaan sering dianggap sebagai budaya. Itu yang terjadi di Indonesia,” tambah Kartono.TIDAK GAMPANG Menurut Kartono untuk menghilangkan atau mengurangi kebiasaan merokok di Indonesia itu tidak gam-pang. Apalagi dengan jumlah perokok yang sudah mencapai 67 juta orang.Ada tiga hal mengapa rokok sulit dikendalikan di Indonesia. Hal pertama penegakan hukum yang tidak konsisten. Saat ini produk hukum yang mengatur atau melarang orang merokok di sembarang tempat sudah banyak. Tetapi pelak-‘ sanaannya tidak konsisten. Pelanggaran yang dilakukan masyarakat dibiarkan tanpa sanksi yang tegas.Faktor kedua adalah min-imnya disiplin warga sendi-ri, khususnya perokok. “0-iang kebanyakan tidak mau ditegur kalau merokok di tempat umum,” ujarnya.Sedang faktor ketiga adalah adanya keengganan masyarakat untuk menegur orang yang merokok dengan berbagai alasan.“Semua hal mendukung dan menyulitkan kita untuk mengendalikan rokok,” tukas Kartono.

Print Friendly, PDF & Email
line