Berdampak Pada Perekonomian, Pemerintah Harus Turun Tangan Perangi Kanker

Berdampak Pada Perekonomian, Pemerintah Harus Turun Tangan Perangi Kanker

By. Osalilan

Konsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti jantung koroner, stroke, kanker, paru kronik dan diabetes. Deretan penyakit-penyakit itu merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk di negara kita, Indonesia.Sebuah penelitian epidemiologi tembakau di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, diperkirakan terjadi 10 juta kematian di tahun 2020. “Kanker bukan hanya merugikan penderitanya tetapi sudah masuk keranah perekonomian, bayangkan setiap satu keluarga yang menderita kanker mengeluarkan 30% dari pendapatan mereka untuk berobat,” kata Menteri Kesehatan, Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH.Ya, karena melihat kerugian ekonomi yang sangat besar ini, sudah sepantasnya agar pemerintah dapat menggendalikan penyakit ini agar tidak menjadi lebih parah lagi.

Jenis-jenis kanker sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Laporan hasil studi ACTION (ASEAN Cost in Oncology) yang dilakukan oleh George Institute menyebutkan terdapat 700,000 kasus kanker baru dan 500,000 kematian akibat kanker terjadi di ASEAN, yang berdampak pada terjadinya kerugian hingga 7.5 juta DLAYs (ukuran untuk tahun hidup yang sehat) dalam satu tahun.Beban kanker yang paling tinggi dengan ukuran kerugian DLAY dialami oleh Laos, Vietnam dan Myanmar, sedangkan angka terendah adalah di Brunei, Singapura dan Filipina. Negara dengan penghasilan lebih tinggi seperti Singapura dan Brunei pada umumnya menunjukkan angka kejadian kanker payudara, paru dan kolorektal sedangkan angka kanker hati lebih rendah. Di negara-negara berpenghasilan rendah seperti Myanmar, Laos dan Kamboja, angka kanker servik lebih tinggi begitu juga dengan kanker perut.Angka ketahanan hidup lebih rendah dibandingkan negara maju karena terlambat diagnosis serta terbatasnya akses terhadap penatalaksanaan yang sesuai standard yang tepat waktu.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Makarim Wibisono menyatakan, bahwa beban kanker di wilayah ASEAN terus meningkat sampai di titik dimana kanker telah menghambat pertumbuhan ekonomi, sehingga sangat penting untuk segera bertindak.”Dampak kanker sebagian besar dirasakan oleh masyarakat kelompok menengah dan bawah terutama di negara-negara dengan sistem jaminan sosial yang tidak memadai. Karena hal tersebut, kanker sering dilihat sebagai penyakit yang menyebabkan pasien dan keluarga mengalami kebangkrutan,” tambah Dr. Makarim Wibisono.Meningkatkan prioritas yang diberikan untuk kanker dengan menunjukkan bahwa investasi negara untuk mengatasi permasalahan kanker yang makin meningkat merupakan investasi bagi ekonomi dan kesejahteraan sosial sebuah negara. Serta menggerakkan para pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa strategi pengendalian kanker di tingkat regional benar-benar ditujukan bagi mereka yang paling membutuhkan. Osalilan

Print Friendly, PDF & Email
line