Pendukung RPP Tembakau Mengaku Paling Nasionalis

Kelompok pendukung RPP Tembakau mengakui menerima dana dari asing.

JAKARTA-Perang klaim “label” nasionalis terjadi antara kubu yang mendukung Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pengendalian Dampak Tembakau dengan yang anti. Kelompok pendukung RPP mengatakan, kampanye tentang pengendalian rokok yang mereka lakukan untuk membebaskan masyarakat dan negara dari berbagai penyakit mematikan akibat rokok serta kerugian ekonomi yang sia-sia. Mereka mengklaim tindakan itu sebagai bentuk konkret nasionalisme sejati dalam konteks kekinian.Kesimpulan itu disampaikan dalam kegiatan talkshow yang dilakukan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau bersama para pemuda dengan tema “Nasionalisme Pengendalian Tembakau” di Gedung Joang 45, Jakarta, Sabtu (11/8).

Kegiatan itu bertujuan mem-berikan pemahaman yang utuh tentang spirit nasionalisme pada pengendalian rokok, khususnya di kalangan generasi muda. Selama ini, upaya gerakan untuk mengendalikan konsumsi rokok, baik yang dilakukan masyarakat sipil dan negara sering dituding tidak nasionalis atau ditunggangi kepentingan asing. Selain isu penerimaan dana asing untuk pembiayaan advokasi, gerakan mereka juga dituding akan mematikan industri rokok nasional (keretek). Larangan bagi petani menanam tembakau selama ini digunakan sebagai senjata andalan industri rokok untuk menyerang para penggerak pengendalian rokok.

Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia, Kartono Mohamad mengatakan, pembiayaan dana asing selalu digunakan sebagai propaganda untuk memanasi sentimen rakyat “Propaganda dengan menggunakan data yang benar, tetapi diberi tafsir untuk memanasi sentimen rakyat bukan hal yang baru. Oleh karena itu, sebelum .bersikap sok supemasionalis dan menuduh setiap bantuan asing (apalagi ke LSM) dilatarbelakangi niat buruk, mari kita tengok diri sendiri. Banyak sekali program peningkatan kesejahteraan masayarakat (Indonesia) juga mendapat bantuan dana asing,” katanya.Sementara itu. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan, upaya mendorong terwujudnya regulasi pengendalian rokok, terutama perlindungan bagi anak-anak, remaja, dan generasi muda, adalah dalam kerangka mewujudkan spirit nasionalisme itu.Saat ini, jumlah perokok muda terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu perokok anak usia 10-14 tahun naik hingga 6 kali lipat dalam 12tahun, yaitu dari 71.126 anak pada 1995 menjadi 426.214 anak pada 2007.

Niat Terselubung

Namun, argumentasi mereka dipertanyakan pengamat ekonomi internasional dari Institute for Global Justice (IGJ) Salamuddin Daeng yang dihubungi Senin (13/8). Menurutnya, kampanye mereka memiliki niat terselubung untuk membuat Indonesia makin tercengkeram korporasi internasional. Sejauh ini, volume perdagangan tembakau di tingkat global meningkat.RPP anbtembakau spiritnya tidak mengatur soal larangan merokok. RPP itu lebih kental nuansa perniagaan. Secara mendalam, RPP itu mengatur standar perdagangan dan industri. Tembakau di Indonesia akan didiversifikasikan menjadi produk selain rokok. Sementara itu, melalui standardisasi kandungan tar, rokok di Indohesia dipaksa menggunakan produk tembakau impor. “Karena yang boleh nanti adalah tembakau dari Virginia AS. Jadi mana na-sionalisnya kalau tembakau asing diberikan kebebasan masuk ke dalam negeri, sedangkan tembakau dalam negeri tidak boleh untuk rokok?” katanya. (Turut Herlina)

 

By. Natalia Santi

Print Friendly, PDF & Email
line