Saat Musim Dingin, Rokok pun Laris Manis

Sumber Media : Pikiran Rakyat

By. Rully Sumantri

KONFLIK di Suriah yang telah berjalan 21 bulan itu telah menelan korban lebih dari 60.000 jiwa. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kamis (3/1) menyatakan sangat kaget dengan data terbaru soal korban jiwa di Suriah.Laporan itu dikompilasi Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) sejak konflik meletup 22 bulan lalu. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlahyang diprediksi aktivis hak asasi manusia (HAM) Suriah, yang menyebutkan korban tewas mencapai 45.000 orang.Dalam data terbaru itu disebutkan pula, jumlah korban jiwa terbanyak di Homs, diikuti Damaskus, Idlib, Aleppo, Daraa, dan Hama. Masih dalam laporan tersebut, tiga perempat dari korban meninggal berjenis kelamin pria.

Konflik itu memaksa ratusan ribu warga Suriah mengungsi ke negara-negara tetangga. Dapipak lainnya adalahmelonjaknya harga-harga di kawasan yang dikuasai kelompok pemberontak.Sebelum perang berkecamuk, harga solar sekitar 20 pounds Suriah per liter (sekitar Rp 2.700) namun kini dijual dengan harga 200 pound Suriah per liter (sekitar Rp 27.000) dan premium dari 45 pound (sekitar Rp 6.075) menjadi 250 pound (sekitar Rp 33750).

Terpaksa

Meskipun harganya melonjak tinggi, warga terpaksamembelinya untuk keperluan pemanas. Warga yang tidak mampu membeli bahan bakar, terpaksa harus mencari ranting kayu atau batang pohon zaitun untuk dibakar.Kesempatan itu pun dipakai peluang untuk melakukan bisnis seperti yang dilakukan oleh Hamid dan saudaranya. Apalagi di saat musim dingin seperti sekarang.Selain bahan bakar, rokok juga tidak kalah larisnya di saat musim dingin melanda Suriah. Hingga banyak yangmenjual rokok.”Banyak orang kehilangan pekerjaan sejak perang. Mereka kini menjual rokok,” kata Abu Assad, penjual rokok yang telah menggeluti bisnis itu selama 12 tahun terakhir. Kami membeli rokok dari pemasok di Irak. Mereka menjual rokok sekitar 10 persen lebih murah dibandingkan dengan rokok yang dijual di Suriah ataupun Turki,” ujar Abu Assad. (Rully Suman-tri/Huminca Sinaga/”PR*\ berbagai sumber)”*

Print Friendly, PDF & Email
line