Menjadi Konsumen yang Cerdas

Akhir-akhir ini masyarakat dihebohkan dengan pemberitaan mengenai tahu-tempe yang sebelumnya mengena rokok. Rokok daii tahu-tempe bahan baku utamanya di hasilkan oleh |ara petani yaitu tembakau dan kacang kedelai. Setiap tahunnya tidak kurang dibutuhkan tembakau sebanyak 180 – 200 nbu ton untuk memproduksi rokok sehingga konsumsi rokok di Indonesia peringkat 3 (tiga) di dunia setelah China dan India.Sedangkan kebutuhan kacang kedelai sebagai bahan baku utama setiap tahunnya sebanyak 2,2 juta lon pertahun, produksi kedelai nasional h.inya 779.000 ton pertahun, sehingga lebih banyak impornya. Barang kali ada yang bertanya , apa hubunganya rokok dengan tahu-tempe?Antara rokok dengan tahu-tempe tidak memiliki hubungan sama sekali, bahkan bertolak belakang antara antara rokok dengan tahu-tempe. Ada persamaan yang mendasar antara rokok den-ahu-tempe, yaitu sama-sama dikonsumsi oleh masyarakat go-longan menengah ke bawah. Makai yang telah mapan secaraekonomi, akan berusaha mengurangi konsumsi rokok dan tahu-tempe.

Sekalipun kedua komoditas (rokok dan tahu-tempe) di konsumsi oleh kelas ekonomi menengah ke bawah tetapi cara pandang kepada kedua komoditas tersebut berbeda. Pemenuhan kebutuhan akan rokok dilakukan sceara tidak rasional.Para konsumen rokok tidak akan pernah keberatan mengeluarkan uang sebanyak Rp 10.000 per hari untuk membeli rokok, tetapi sebaliknya para konsumen tahu-tempe akan keberatan apabila harus mengeluarkan uang sebanyak Rp5.000 per hari untuk membeli tahu-tempe. Lebih menyedihkan lagi, para konsumen bersedia berhenti mengkonsumsi tahu-tempe apabila uang yang dimiliki hanya sebatas untuk membeli rokok.Konsumsi rokok untuk keluarga meskin dan hampir miskin mengurus pendapatannya sehari-hari mengalahkan untuk membeli tahu-tempe, telur, daging, ikan asin, dan biaya untuk kesehatan. Saat ini harga tembakau rajangan kering mencapai Rp 40.000/kg, sedangkan kacang kedelai hanya Rp8.500 Harga tembakau yang mencapai Rp 40.000 produsen dan konsumen rokok tidak pernah protes atau melakukan demontrasi tetapisebaliknya harga kedelai Rp8.500 produsen tahu-tempe berbondong-bondong melakukan protes dan mogok produksi.

Harga tembakau dan harga rokok ditentukan oleh produsen rokok, petani tembakau dan konsumen rokok mengi kun kemauan apa yang diinginkan oleh produsen rokok. Produsen tahu-tempe tidak perlu melakukan demontrasi dan mogok berproduksi dengan kenaikan kacang kedelai.Dengan naiknya harga kacang kedelai akan mendorong para petani untuk menanamkan tanaman kedelai. Para petani tidak tertarik menanamkan kedelai di karenakan harga kacang kedelai terlalu rendah dan dengan mudahnya pemerintah melakukan impor kacang kedelai apabila harga kacang kedelai naikSebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani, hal tersebut dilatarbelakangi letak geografis Indonesia yang cocok untuk berbagai jenis tanaman, lenis tanaman apapun akan bisa hidup dan subur di bumi Indonesia. Kesuburan tanah di Indonesia tidak mampu meningkatkan kesuburan (kesejahteraan) para petani di Indonesia tetapi sebaliknya para petani Indonesia miskin dan kurus.

Para petani Indonesia selama ini menjadi korban kebijakan pemerintah Indonesia. Di saat komoditas pertanian harganyanaik yang bisa diharapkan untuk dapat meningkatkan kesejahtara-anya para pet.ini, pemerintah dengan mudahnya membebaskanmasuk impor hasil-hasil pertanian dengan dalih untuk melindungi konsumen sehingga petani tidak bisa menikmati naiknya harga-harga pertanian. Para petani Indonesia di paksa pemerintah untuk mensubsidi rakyat Indonesia non petaniIdealnya para petani Indonesia bebas menentukan pilihan komoditas pertanian yang akan diusahakan ; apakah padi, tebu, jagung, kedelai,tembakau dan lain-lain. Pemerintah selalu mengarahkan petani untuk bertanam pada komoditas tertentu misalnya padi atau tebu, tetapi arahan tersebut bukan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani tetapi untuk kepentingan pemerintah demi untuk melindungi konsumen. Konsumen selalu mendapat proteksi dari pemerintah agar harga-harga dari hasil tidak naik dengan mengobarkan para petani.

Generasi muda Indonesia tidak tertarik pada bidang pertanian dikarenakan sektor pertanian tidak bisa diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Generasi muda Indonesia lebih senang mencari pekerjaan di perkotaan atau ke luar negeri daripada harus bercocok tanam. Kalaumau jujur, yang bercocok tanam saat ini adalah orang-orang yang usianya sudah tua (maaf tidak produktif lagi). Jangan heran jika beras, jagung, kedelai, garam, gula dan hasil pertanian lainnya di impor dari luar negeri.Tidah hanya pemerintah yang tidak mau melindungi para pitam Indonesia, perilaku dan gaya konsumen Indonesia turut andil menghancurkan para petani Indonesia. Konsumen Indonesia tergila-gila dengan produk-produk pertanian yang berasal dari luar negeri (impor) padahal kualitasnya belum tentu lebih baik dari hasil para petani Indonesia.Mengkonsumsi produk pertanian dari impor berarti menciptakan lapangan pekerjaan untuk petani luar negeri dan menghancurkan para petani dalan negeri, sebaliknya mengkonsumsi hasil pertanian dalam negeri akan mengurangi kemiskan dan meningkatkan kesejahteraan para petani Indonesia.Sangat tidak masuk akal, bangsa Indonesia yang memiliki wilayah yang subur untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari harus di pasok dari luar negeri. Ketergantungan pangan pada pasokan luar negeri harus segera diakhiri secepatnya dengan mencintai dan memakai produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh para petani Indonesia. hlluankrpri tom
By. Sunarto Wage

Print Friendly, PDF & Email
line