Generasi Muda Bersuara Anti Rokok

Kompas, 4 Maret 2014

Pameran rokok intemasional Inter-Tabac Asia, yaiig sedianya digelar pada 27-28 Februari di Nusa Dua Convention Center, Bali, akhirnya batal. Hal itu berkat petisi yang ditandatangani 12.400 orang yang sekitar 70 persen merupakan generasi mudaInter-Tabac Asia, ajang promosi produk dan aksesori rokok internasional, diselenggarakan oleh perusahaan Westfalenhallen dari Dortmund, Jerman, Pameran ini tidak hanya mendapat penolakan dari Indonesia, tetapi juga dari warga Dortmund yang tidak mau dianggap sebagai kota yang mempromosikan racun.Petisi penolakan disebar melalui situs change.org. Penggagas petisi, Yosef Rabindanata, dalam jumpa pers ’’Inter-Tabac Asia, Indonesia Bukan Negara yang Ramah bagi Pameran Rokok” di kantor Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, Senin (3/3), mengatakan, keberhasilan petisi yang ditujukan kepada Wali Kota Dortmund ini menunjukkan, banyak generasi muda Indonesia peduli terhadap kelangsungan bangsa. Dari 12.400 penanda-tangan petisi ini, 8.000 orang dari Indonesia, sisanya dari Jerman dan negara lain.

 

’’Kami tidak akan berhenti. Pameran di Bali memang batal, tetapi panitia masih mencari tempat lain di Indonesia untuk pameran,” kata Yosef.Di situs resmi Westfalenhallen, panitia menulis bahwa Inter-Tabac Asia hanya ditunda dan sedang mencari lokasi lain untuk tempat penyelenggaraan pameran. Pameran ini diklaim mendapat izin dari Kementerian Perindustrian.Ketua Pusat Dukungan Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Kartono Mohamad mengatakan, Indonesia disasar oleh penyelenggara pameran karena Pemerintah Indonesia sangat lunak terhadap industri rokok Pameran lain, World Tobacco Asia, sudah dua kali diselenggarakan di Indonesia.Kartono mempertanyakan aksesi Konvensi Kerangka Kerja untuk Pengendalian Tembakau (FCTC) yang terhenti di presiden. Jika FCTC tak segera diaksesi, Kartono minta ketegasan pemerintah memperketat aturan tentang rokok, tidak cukup dengan kawasan tanpa rokok. ’’Amerika belum mengaksesi FCTC, tetapi aturan tentang rokok sangat ketat,” ujar Kartono.Ketua Komnas Pengendalian Tembakau Priyo Sidi Pratomo, mengemukakan langkah selain aksesi FCTC untuk mengendalikan tembakau, yaitu menaikkan pajak tembakau sehingga harga rokok menjadi mahal, tidak mudah dibeli. Uang yang didapat dari pajak digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan akibat rokok.

Print Friendly, PDF & Email
line