Bahan Makanan Pemicu Inflasi Juni 2011

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan hargapangan meywnbang inflasibulanJuni2011 sebesar 0,55persen dengan lanju inflasi inti Juni 2011 yakni 0,33 persen. Inflasi kali ini didorong kenaikkan harga pangan yang signifikan.Kepala BPS Rusman Hermawan di Jakarta, Jumat (1/7), mengatakan, sampai minggu ketiga harga-harga pangan masih naik 0,1-0,2 persen. Tapi minggu keempat harga pangan mulai naik signifikan.Dengan demikian, inflasi sepanjang bulan Januari hingga Mei 2011 tercatat 1,C5 persen, sedangkan inflasi year-on-year (YoY) sebesar 5,54 persen dengan inflasi inti YoY sebesar 4,63 persen.Adapun penyumbang inflasi disebabkan oleh bahan makanan sebesar 0,3 persen, dimana disumbang dari beras sebesar0,07 persen, daging ayam ras 0,07 persen, bawang merah 0,06 persen, telor ayam ras 0,05 persen, ikan segar 0,04 pesen dan rokok 0,03 persen.Dari 66 kota, sebanyak 65 kota terjadi inflasi, sedangkan 1 kota terjadi deflasi. Adapun inflasi tertinggi terjadi di kota Ambon sebesar 3,76 persen persen dan Sorong 2,35 persen. Kota yang terjadi deflasi yaitu Tanjung Pinang 0,57 persen.

Pada kesempatan tersebut BPS mencatat, nilai ekspor Indonesia Mei 2011 mencapai 18,33 miliar dolar AS atau mengalami peningkatan 10,76 persen dibanding ekspor April 2011. Sementara bila di bandingkan Mei 2010 ekspor mengalami peningkatan 45,29 persen.”Tertinggi setelah capaian ekspor Desember 2010 16,83 miliar dolar AS. Secara month on month naik 10,76 persen dan untuk non migas naik 10,63 persen karena harga minyak dunia masih ada lonjakan harga, tentu ekspor juga meningkat,” tutur Rusman.Total ekspor Januari-Mei mencapai 80,28 miliar dolar AS atau naik 33,37 persen. Untuk ekspor non migas 64,25 miliar dolar AS yang didominasi sumber daya alam mineral, terutama batubara 9,75 miliar dolar AS dan minyak nabati terutama CPO 8,09 miliar dolar AS.”Dari segi pangsa pasar, Jepang masih yang pertama walau ada tsunami tapi tetap sebagai pangsa tertinggi 35 miliar dolar AS, China 7,01 mi-liar dolar AS, 6,56 miliar dolar AS, ke ASEAN 21,43 miliar dolar AS, Uni Eropa 13,52 miliar dolar AS,” ujarnya.Sementara secara sektoral, ekspor untuk Januari-Mei 2011 adalah sektor industri 61,74 persen naik dari 60,43 persen pada Mei lalu.

Deindustrialisasi

Rusman mengatakan, dengan adanya peningkatan ekspor tersebut, hal ini menepis isu adanya deindustrialisasi. Jadi, kalau ada isu tentang deindus-trialisi tapi faktanya itu justru meningkat.Sektor pertanian 2,68 persen dari 2,94 persen pada Mei lalu, sektor bahan tambang non migas 15,61 persen dari 17,92 persen pada Mei lalu.Untuk impor selama Mei 2011 mencapai 14,83 miliar dolar AS atau naik 48,54 persen year on year.”Secara month on month, im-por totalnya turun 0,42 persen. Tapi untuk non migas naik 0,24 persen. Yang turun itu impor migas,” ujarnya.Total impor Januari-Mei 2011 mencapai 68,51 miliar dolar AS naik 33,86 persen. Impor non migas mencapai 52,53 miliar dolar AS, dengan sumbangan terbesar mesin mekanik 9,1 miliar dolar AS.Pangsa pasar impor ke China 9,74 miliar dolar AS. Angka ini angka impor tertinggi yang diimpor Indonesia, Jepang 7,08 miliar dolar AS, dan Thailand 4,28 miliar dolar AS.Rusman mengatakan, dari segi golongan, barang impor terbesar adalah bahan baku dan penolongmeningkat dari 73,23 persen ke 75,34 persen dibanding Mei 2010. Hal ini merupakan sinyal industri punya prospek baik. Dalam tiga bulan ke depan industri tetap berjalan baik. (CT-1)
By. CT-1

Print Friendly, PDF & Email
line